Si Laknat
03.08 | Author: Soliloquy
sengat mataharipun hanya kecil
berapa jauh beda
sungguh tiada tara
jangan kau terawang
bayangpun terlalu jauh dari nyata

letup kayu bakar hinggap di tangan
sudah kau rasakan
atau nyala api di pinggir tungku pawon
terasa membakar ari
pernahkah kau bayangkan apinya kelak
jauh
jauh sudah dari akalmu
tiada daya tuk kau jangkau

sejak madrasah ibtida'i kau diceritai
pedih siksa malaikat pada sang laknat
atau mungkin kau lupa
karna kau tlah merasa tinggi
tak perlu lagi kau mengingatnya

ah dosa...dosa
dosa apa yang menyatir mata
dosa apa gundam iman
kemudian hanyut buaian syetan

menyesal!!!

sesalmu palsu
lain waktu kau datangi pesta nafsu
menyelam penuhi birahi
berpesta bersasma aurora hewan

takutkah apinya kelak
api abadi
balasan dariNya bagi sang laknat
hanguskan tubuh tak berdebu
rasakan!!!

hahahhahha
akupun tertawa....
Sang Titah
23.22 | Author: Soliloquy
melayang pelan
bergerak seperti cahaya pagi
pikir masa depan
bergelanyut di langitlangit bawah sadar

pelan tersiksa oleh angan
angan akan waktu yang belum datang
sudikah Kau beri arah
walau lewat pesan tersirat
titahmu pada malaikat Jibril
kan kutrima penuh senyum
titahmu tak mungkin lebihi kodartku
janjimu pada setiap ciptaan
yang terpatri dan pasti

pelan hilang angan
melayang bersama resah
dengan arah semu
kemana akan melangkah
untuk menerima sang titah
jiwa ini melayang
jauh
Samar
22.59 | Author: Soliloquy
Seketika terbayang katakata
Samarsamar terdengar
Apa kabar tanah pertiwimu hari ini?
Sudahkah damai dengan kesejahteraan
Berahirkah bereput kursi
Atau malah ....

Jangkan kau teruskan pertanyaanmu
Cukup sudah
Telinggaku gatal

Samarsamar kudengar
Wakil kita jadi tersangka
Pemimpin kita saling sindir
Saudara kita masih kelaparan

Samarsamar terdengar
pemegang amanat rakyat
Bagibagi kursi
samasama korupsi
Saling tuding

Samarsamar terdengar
Korupsi negri kita menurun
Pendidikan murah;
mereka bilang gratis!!!
Saudara kita "lebih" sejahtera

Jelasjelas gendang telingaku berontak
Meradang merah padam

Jelas;
korupsi itu tak akan habis
banyak saudara merintih menanggis demi sesuap nasi
biaya pendidikan membunuh mimpi sang miskin.

Tak lagi samarsamar terdengar
Tak lagi samarsamar terlihat
Kekecawaan dan Berproses
04.20 | Author: Soliloquy

Perjalan seorang manusia dalam menjalani kehidupan memang tidak akan pernah lepas dari suatu kalimat yang bernama proses. Entah disadari maupun tidak, ataupun benar-benar telah direncanakan terlebih dahulu atau hanya mengikuti arus waktu, bagaikan falsafah air.

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam keseharian seseorang bukanlah terjadi begitu adanya, melainkan kejadian tersebut telah melalui tahapan-tahapan tertentu, dan kebanyakan tahapan tersebut tidak nampak secara indrawi. Anda boleh setuju atau tidak. Pandangan tersebut hanyalah hemat saya, dan menurut saya itu benar walupun anda mengagangapnya salah.

Terkadang berbagai proses yang kita jalani bersama dengan perjalanan waktu tidak kita rasakan dan kita tidak mengangapnya sebuah proses, terlebih jika proses tersebut terjadi ketika suasana hati kita dalam keadaan bahagia ataupu senang. Kebanyakan kita mengangapnya sebuah hasil yang telah kita capai. Namun apakah keadaan tersebut akan kita rasakan apabila suasana hati kita sedang dirundung suatu masalah? Pasti kita semua akan merasakan dan mengangapnya sebagai masalah baru. Akibatnya tidadk sedikit dari kita yang mengalami stres ataupun frustasi.

Jika kita mau meniliknya sedikit lebih jauh, saya rasa kita akan tersenyum sendiri (kita mengambil positifnya). Betapa besar pelajaran yang kita peroleh dari proses tersebut. Begitu banyak pelajaran berharga yang kita lewatkan atau kita abaikain dalam kehidupan kita begitu saja.

Berproses merupakan sebuah keniscayaan dan mungkin taka akan terbantahkan. Semua tidak terjadi begitu saja, baik hal-hal yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Sebut saja bila kita memperoleh hadiah dari seseorang, memenangkan sebuah undian dari suatu lembaga ataupun kuis, terus kita menganggap itu semua sebagai suatu keajaiban, ketiban durian runtuh. Saya mengangapnya bahwa itu hanya sebuah jargon, dan bukankah akan lebih tepat jika kita menyebutnya hasil dari sebuah proses.

Dalam sebuah proses tentu saja tidak akan selalu seperti apa yang kita inginkan, pastilah kita akan merasakan bermacam-macam kendala dan halangan. Dan selanjutnya kita tentu akan merasakan pahit manisnya sebuah proses. Hasil yang kita nanti pun tidak akan selamanya seperti yang kita bayangkan dan kita dambakan. Lantas haruskah kita larut dalam kekecewaan terhadap hasil yang kita tunai tersebut?

Perasaan kecewa memang sudah tertanam dalam jiwa setiap manusia, dan itu merupakan hal yang lumrah dan wajar. Boleh-boleh saja kita merasa kecewa, namun apa yang terjadi bila kita terus larut dalam kekecewaan tersebut, baik dalam hal yang besar maupun hal yang kecil sekalipun. Mungkin kita akan menganggapnya wajar bila kekecawan tersebut menimpa seseorang dalam suatu permasalahan yang besar, lain halnya kalau rasa kecewa itu timbul akiibat masalah kecil atau hal-hal yang sepele.

Alangkah lebih indah jika kita kekecewaan itu hanya kita

Perjalan seorang manusia dalam menjalani kehidupan memang tidak akan pernah lepas dari suatu kalimat yang bernama proses. Entah disadari maupun tidak, ataupun benar-benar telah direncanakan terlebih dahulu atau hanya mengikuti arus waktu, bagaikan falsafah air.

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam keseharian seseorang bukanlah terjadi begitu adanya, melainkan kejadian tersebut telah melalui tahapan-tahapan tertentu, dan kebanyakan tahapan tersebut tidak nampak secara indrawi. Anda boleh setuju atau tidak. Pandangan tersebut hanyalah hemat saya, dan menurut saya itu benar walupun anda mengagangapnya salah.

Terkadang berbagai proses yang kita jalani bersama dengan perjalanan waktu tidak kita rasakan dan kita tidak mengangapnya sebuah proses, terlebih jika proses tersebut terjadi ketika suasana hati kita dalam keadaan bahagia ataupu senang. Kebanyakan kita mengangapnya sebuah hasil yang telah kita capai. Namun apakah keadaan tersebut akan kita rasakan apabila suasana hati kita sedang dirundung suatu masalah? Pasti kita semua akan merasakan dan mengangapnya sebagai masalah baru. Akibatnya tidadk sedikit dari kita yang mengalami stres ataupun frustasi.

Jika kita mau meniliknya sedikit lebih jauh, saya rasa kita akan tersenyum sendiri (positif thingking). Betapa besar pelajaran yang kita peroleh dari proses tersebut. Begitu banyak pelajaran berharga yang kita lewatkan atau kita abaikain dalam kehidupan kita begitu saja.

Berproses merupakan sebuah keniscayaan dan mungkin taka akan terbantahkan. Semua tidak terjadi begitu saja, baik hal-hal yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Sebut saja bila kita memperoleh hadiah dari seseorang, memenangkan sebuah undian dari suatu lembaga ataupun kuis, terus kita menganggap itu semua sebagai suatu keajaiban, ketiban durian runtuh. Saya mengangapnya bahwa itu hanya sebuah jargon, dan bukankah akan lebih tepat jika kita menyebutnya hasil dari sebuah proses.

Dalam sebuah proses tentu saja tidak akan selalu seperti apa yang kita inginkan, pastilah kita akan merasakan bermacam-macam kendala dan halangan. Dan selanjutnya kita tentu akan merasakan pahit manisnya sebuah proses. Hasil yang kita nanti pun tidak akan selamanya seperti yang kita bayangkan dan kita dambakan. Lantas haruskah kita larut dalam kekecewaan terhadap hasil yang kita tunai tersebut?

Perasaan kecewa memang sudah tertanam dalam jiwa setiap manusia, dan itu merupakan hal yang lumrah dan wajar. Boleh-boleh saja kita merasa kecewa, namun apa yang terjadi bila kita terus larut dalam kekecewaan tersebut, baik dalam hal yang besar maupun hal yang kecil sekalipun. Mungkin kita akan menganggapnya wajar bila kekecawan tersebut menimpa seseorang dalam suatu permasalahan yang besar, lain halnya kalau rasa kecewa itu timbul akibat masalah kecil atau hal-hal yang sepele.

Alangkah lebih indah jika kekecewaan itu hanya kita rasakan sekejap dan kita mengangapnya sebagai setitik awan kelabu yang terlihat menghiasi biru lazuardi. Selanjutnya kita ambil ibrah serta hikmah yang tersirat di dalamnya.


Manusia
06.29 | Author: Soliloquy
tentang hamba bernama manusia
tau apa kau tentang mahlukNya itu
manusia ...

menus-menus kakean doso
itulah manusia

belum pantas aku tuk menilai manusia
aku juga sejenisnya
tak tau pula dari jenis yang mana

bumi manusia
beribu macam jenis

manusia berbentuk ...
dewa
malaikat
manusia sejatinya
hewan
dan tak lebih baik dari hewan.

aku manusia
aku malu
aku tak tahu macam mana jenisku
ingin seperti manusia yang memang manusia

manusia
mahluk teristimewa
mahluk terhina

terserah padamu
pilih jenismu
suka-suka tiada paksa
Situ Gintung
22.09 | Author: Soliloquy
ketika mereka berkoar menyebar janji
menebar mantramantra penusuk telinga
puluhan korban meregang nyawa
puluhan rumah diterjang rob
situ gintung oh situ gintung
siapa pedulikanmu

bencanabencana penyabut nyawa
silih berganti menyambangi bumi pertiwi
semakin sengsara saja bangsaku

hahaha
tapi apa boleh dikata
mereka masih saja membual
belum kelu bersilat lidah
berjanji yang tak pasti
janji tak terbeli
Rapuh
21.44 | Author: Soliloquy
mungkin saja bentengku masih rapuh
jauh dari kata sempurna
jauh dan semakin rapuh
besyukur agar tak runtuh.

entah karna sebab apa
entah karna dusta apa
entah karna apa
entah karna ...
entah?

dalam setiap material bangunanya selalu saja salah
terkadang tercampur batu hitam
terkontaminasi materi liar
serta akumulasi waktu yang semakin molor
payah

dalam benakku aku takut
mempertanggung jawabkan hasil bentengku
pada Sang Empunya Semesta

janganlah terus rapuh
luruh kemudian runtuh
menjulanglah tegap perkasa
agar semua putih adanya
Pesta Bangsat
13.13 | Author: Soliloquy
pesta lagi pesta lagi
lagi lagi pesta
pesta, nikmat harusnya
yah sebenarnya aku muak
muak dengan pesta yang mengatasnamakan demokrasi
perhelatan besar untuk bangsaku
semua omong kosong
bangsat!!!

kerongkonganku hanya ingin berteriak
jayalah indonesiaku
makmurlah bangsaku
sejahteralah saudaraku
cukup...
Hanya Pilihan
00.27 | Author: Soliloquy
berjalan tak semestinya bengkok
tak seorangpun ingin tersesat
berubah dari garis edar
menyalahi arah tujuan
begitulah semestinya

arah dan tujuanpun sama
bahagia tanpa dosa
bersih tak bernoda
jauh dari bayang hitam nan kelam
pekat berkarat

haruskah semua sama
akankah menyalahi kodrat
ah...omong kosong
bahwa semua beda
itu pasti
siapa yang bisa mengelak
memincingkan sebelah mata darinya
telak

mungkin ada
bagi segelintir mahluk-Nya
entah taat atau pendosa
berjalan lurus dengan penuh tawa
di dunia saja dan entah akhirnya
itupun sedikit

terlalu banyak yang harus tersesat
dengan keterpaksaan menimpa
melewati jurang
tajam nan curam
terjatuh
dalam kubangan hitam
himpitan serta kegelisahan
namun itulah warna sebuah perjalanan
kadang indah namun meresahkan
atau resah berujung indah

bukankah semua hanya pilihan
pilihan yang tak lepas dari penyesalan
karna kita bukan yang menentukan
Nurani
13.47 | Author: Soliloquy
berarti bukan harus memiliki
berharap kemudian dianggap murah hati
berarti karna berbagi
bukan hanya dengan memberi

semua perlu penyerahan total
peleburan dengannya
bukanya kita subjek
dan lainya objek
itulah sejatinya kasih sayang
seterusnya terserah kau sebut apa
ataukah cinta
terserah

persetan kata mereka
kita bukan mereka
bebas
lepas tanpa aturan
karna ada hati dan nurani
hukum abadi
suci tanpa cela
jikalau benar guna
cukup sudah
hukum adalah nurani
Putih
22.17 | Author: Soliloquy
Darimanakah kau datang?
Wujudmu tabu
Melenakan
Banyak menelan korban

Pernahkah kau merasa?
Terlebih, punyakah kau rasa?
Terlalu sering jadi tujuan
Tapi menyesatkan
oh bukan menyeatkan
Rutemu terlalu ruwet
Ambigu
Seterusnya mengeruhkan jiwa pencarimu
Sumpek

Putih
Dalam otakku kini
kau tak ubahnya sampah
Didau ulang agar berharga

Putih
Begitukah asanya
Murni
Tak berproses?

Putih
Kulihat warnamu
Peleburanmu
Metamorfosismu

Putih
Hanya sebuah perubahan
Polos dan kosong
Hitam dan gelap
Kelabu dan tangis
Putih dan kemenangan

Putih
Bernahkah adamu!
Ataukah perlu gelap dan proses...

Putih
Imajiner memeras otak
Pening
Sinting!




Kesendirian (2)
03.32 | Author: Soliloquy
aku terus berlari
menyepi
menyendiri
dan akhirnya aku sendiri

di tengah gurun ku berdiri
berbagi tawa
ku harap semyumnya
aku salah
gurunpun diam
membisu menatapku

aku berlari
mencari persingahan sepi
kutemukan gunung tuk berteduh
berharap isarat pencerah diri
gunung tetap berdiri angkuh
acuh tak ada sapa

aku berlari
berlari untuk sendiri
menikmati kesendirianku
berlari dan berlari

lelah
aku butuh tenaga lebih
kulihat air mengalir damai
aku tumpahkan kekecewaan dan air mataku
biarlah terbawa arus
hilang bersama aliranya
aku kecewa
karna air tak sudi membawanya

aku tertunduk lesu
tak bergerak
membatu

aku tak berdaya lagi
berbagi dengan kesendirian
menikmati sepi sendiri

aku berlari
mencari tempat yang mau berbagi
senyum kebahagaian
air mata keharuan
tangis kesedihan serta kekecewaan
aku tak mau sendiri
aku tak kuat lagi

dimanakah kan kudapati
aku terus berlari
mencari dan berlari
berlari dan mencari....
Kesendirian (1)
23.10 | Author: Soliloquy
dalam keramaian aku sendiri
bising suara memekikkan telinga
canda tawa menambah luka
kesedihan memeluk erat sanubari

dalam keramaian aku sendiri
mereka mencoba berbagi suka
mambawa luka yang ada
kuingin menyumpal gendang telinga
agar tak ada suara
karna datangya mencipta duka
menyayat dan perih

jerit jiwaku
ingin terus sendiri
menepikan luka bersama angin
bernyanyi riang bersama bintang
kuingin sendiri
biar ladang hijau meberi pesonanya
biarlah kicau prenjak menyayikan lagu
biarlah embun hujan mengalirkan sedihku

kuberlari dari keramaian duka
sendiri
biarlah aku sendiri
tak usah kau datang
kan kunikmati senja dalam kesendirian
kan kunikmati mentari dengan pagi
jangan kau usik kesendirianku
jangan pernah
enyah dan tinggalkan aku
aku akan tertawa
Elegi
22.15 | Author: Soliloquy
setiap detik berjalan
detak jantung berdenyut
wajah itu hadir
dengan sedikit senyum mengembang
hati ini berdesir
merasakan hembus beraroma sihir
terbang ke alam bebas
berkembang tanpa batas ruang
kuingin menikmatinya
selamanya
menunggu setiap kedatanganya
menjaganya hinga tak menyublim ditelan angin

dan sore itu kekecawaan menyambangiku
bersama matahari yang kian gelap
tertelan di barat cakrawala
wajah itu kembali datang
tak lagi membawa senyuman
tak lagi bersama kedaimaan
melainkan menyuguhkan keresahan
menyapaku penuh penyesalan
menatapku dengan kebencian

sekarang ketakutan yang menemaniku
keresahan yang menghujam
wajah itu seakan mengejarku
mengengam amarah
dendam
serta kebencian

mengapa kau lakukan itu?
aku tersiksa sikapmu
katakan padaku
katakanlah!!!

aku selalu menanti hadirmu
wajah yang memerah jambu
berseri penuh kelembutan
berhias senyum yang mengembang
dengan segala kecerian yang kan kau berikan
tanpa keraguan menyertaimu
Secawan Angan
13.47 | Author: Soliloquy
indah warna pelangi
membulat penuh warna
di ujung cakrawala senja
meneduhkan

sepasang muda dimadu asmara
sekecut rasa berubah madu
dalam kebingaran suasana
memadu hati dalam mahkota cinta

temaram malam bergelimang bintang
suara cicak berdendang syahdu
kalong saling menari mengikuti irama
semua indah
tanpa terkecuali

seindah itukah buainya
ketika putik semakin berkembang
sang kumbang menebar pesona
mawar merahpun bermekaran

suatu saat pasti akan ada
bukan karna nafsu membara
merasakan indahnya cinta
putih dan tulus
mempersatukan dua hati
seperti adam dan hawa
bersama selamanya

tak terbayangkan
kebersamaan dalam kasih
bersanding penuh kehangatan
bukan hayalan semata
rasakan
nikmatilah
jangan lepaskan tuk menghilang
karna bukan hayalan
Bayang Pilu
02.27 | Author: Soliloquy
pilu sembab membiru
menahan kehausan rindu
seakan menyiksa
diri yang lelah menunggu

terlalu jauh impian itu
lebih terasa sebagai angan
sehelai kapas kelabu
melayang
terhempas angin kekecewaan

bayang yang terus mengambang
muncul
mengembang
hilang
kemudian datang mebawa keresahan

akankah embun pagi menyegarkan?
akankah kicau burung memberi hiburan?
akankah tarian cemara menyenangkan?
menjadi penawar racun kerinduan
semoga ...
Hembus Sang Waktu
02.24 | Author: Soliloquy
Perjalanan ...
Begitu riang bersama waktu
Searah sejalan
Seakan bergandeng tangan
Erat tak berkarat

Perubahan menemani keduanya
Segalanya berubah
Karna keduanya ada
Sekecil apapun
Berbentuk apapun
Dengan sebabmusabab yang mengiringnya

Waktu berjalan
Perubahan datang
Dia datang dengan gerak
Waktu adalah angin
Mengubah suasana
Imajinasi ataupun materi
Dan pasti
Mencipta perubahan

Jauhnya perjajalanan;
Ayunan kaki
Desiran nafas yang berhembus
Hegemoni kehidupan
Bersama macammacam rasa
Mengiringi perubahan

Waktu tak berubah
Tak pernah menunggu
Dinamis tanpa kompromi
Tak mau ditunggu
Berjalan mantap langkah tegap
Mengubah dan tak berubah

Berubah atau terubah
Terserah jalan pilihmu
Bukanlah waktu yang kejam,
Diammu malapetakamu.
Nyanyian Angin
00.02 | Author: Soliloquy
suara itu lembut terdengar.
nyaring di daun telinga.
lirih bak hembusan angin pagi.
seindah tarian dedaunan;
mengeluarkan gertakgertak suara indah.
belum pernah kudengar sebelumnya.
tertambat jauh dalam.
lembut.
dan aku mendengarnya.

gemeritik hujan senja.
membentuk tatanan tangga nada.
tetes embun pagi dedaunan.
mencipta indah suara.
benarbenar indah.
meski hanya dalam bayang.
aku jauh di padang nan gersang.
dan lembut suara itu.
menyejukkan kegersangan.

mungkinkah hanya untukku?
harapku tidak;
lembut suara tak kunikmati sendiri.
berikan pada semua.
agar alam tak kelam.
padang melepas gersang.
semua merasakan kelembutan suara.
tak hanya untukku.