Nurani
13.47 | Author: Soliloquy
berarti bukan harus memiliki
berharap kemudian dianggap murah hati
berarti karna berbagi
bukan hanya dengan memberi

semua perlu penyerahan total
peleburan dengannya
bukanya kita subjek
dan lainya objek
itulah sejatinya kasih sayang
seterusnya terserah kau sebut apa
ataukah cinta
terserah

persetan kata mereka
kita bukan mereka
bebas
lepas tanpa aturan
karna ada hati dan nurani
hukum abadi
suci tanpa cela
jikalau benar guna
cukup sudah
hukum adalah nurani
Putih
22.17 | Author: Soliloquy
Darimanakah kau datang?
Wujudmu tabu
Melenakan
Banyak menelan korban

Pernahkah kau merasa?
Terlebih, punyakah kau rasa?
Terlalu sering jadi tujuan
Tapi menyesatkan
oh bukan menyeatkan
Rutemu terlalu ruwet
Ambigu
Seterusnya mengeruhkan jiwa pencarimu
Sumpek

Putih
Dalam otakku kini
kau tak ubahnya sampah
Didau ulang agar berharga

Putih
Begitukah asanya
Murni
Tak berproses?

Putih
Kulihat warnamu
Peleburanmu
Metamorfosismu

Putih
Hanya sebuah perubahan
Polos dan kosong
Hitam dan gelap
Kelabu dan tangis
Putih dan kemenangan

Putih
Bernahkah adamu!
Ataukah perlu gelap dan proses...

Putih
Imajiner memeras otak
Pening
Sinting!




Kesendirian (2)
03.32 | Author: Soliloquy
aku terus berlari
menyepi
menyendiri
dan akhirnya aku sendiri

di tengah gurun ku berdiri
berbagi tawa
ku harap semyumnya
aku salah
gurunpun diam
membisu menatapku

aku berlari
mencari persingahan sepi
kutemukan gunung tuk berteduh
berharap isarat pencerah diri
gunung tetap berdiri angkuh
acuh tak ada sapa

aku berlari
berlari untuk sendiri
menikmati kesendirianku
berlari dan berlari

lelah
aku butuh tenaga lebih
kulihat air mengalir damai
aku tumpahkan kekecewaan dan air mataku
biarlah terbawa arus
hilang bersama aliranya
aku kecewa
karna air tak sudi membawanya

aku tertunduk lesu
tak bergerak
membatu

aku tak berdaya lagi
berbagi dengan kesendirian
menikmati sepi sendiri

aku berlari
mencari tempat yang mau berbagi
senyum kebahagaian
air mata keharuan
tangis kesedihan serta kekecewaan
aku tak mau sendiri
aku tak kuat lagi

dimanakah kan kudapati
aku terus berlari
mencari dan berlari
berlari dan mencari....
Kesendirian (1)
23.10 | Author: Soliloquy
dalam keramaian aku sendiri
bising suara memekikkan telinga
canda tawa menambah luka
kesedihan memeluk erat sanubari

dalam keramaian aku sendiri
mereka mencoba berbagi suka
mambawa luka yang ada
kuingin menyumpal gendang telinga
agar tak ada suara
karna datangya mencipta duka
menyayat dan perih

jerit jiwaku
ingin terus sendiri
menepikan luka bersama angin
bernyanyi riang bersama bintang
kuingin sendiri
biar ladang hijau meberi pesonanya
biarlah kicau prenjak menyayikan lagu
biarlah embun hujan mengalirkan sedihku

kuberlari dari keramaian duka
sendiri
biarlah aku sendiri
tak usah kau datang
kan kunikmati senja dalam kesendirian
kan kunikmati mentari dengan pagi
jangan kau usik kesendirianku
jangan pernah
enyah dan tinggalkan aku
aku akan tertawa
Elegi
22.15 | Author: Soliloquy
setiap detik berjalan
detak jantung berdenyut
wajah itu hadir
dengan sedikit senyum mengembang
hati ini berdesir
merasakan hembus beraroma sihir
terbang ke alam bebas
berkembang tanpa batas ruang
kuingin menikmatinya
selamanya
menunggu setiap kedatanganya
menjaganya hinga tak menyublim ditelan angin

dan sore itu kekecawaan menyambangiku
bersama matahari yang kian gelap
tertelan di barat cakrawala
wajah itu kembali datang
tak lagi membawa senyuman
tak lagi bersama kedaimaan
melainkan menyuguhkan keresahan
menyapaku penuh penyesalan
menatapku dengan kebencian

sekarang ketakutan yang menemaniku
keresahan yang menghujam
wajah itu seakan mengejarku
mengengam amarah
dendam
serta kebencian

mengapa kau lakukan itu?
aku tersiksa sikapmu
katakan padaku
katakanlah!!!

aku selalu menanti hadirmu
wajah yang memerah jambu
berseri penuh kelembutan
berhias senyum yang mengembang
dengan segala kecerian yang kan kau berikan
tanpa keraguan menyertaimu