purnama benderang di temaram malam
menitik senyum merajut semburat wajah
kulempar sungging menahan sendu
kecapkecap harap bahagiamu di atap langit
kepada purnama kutitipkan takdzim
selama langit dan bumi meregang sapa
dengan bulirbulir doa kuseka duka
sebelum mentari menjemput malam
lantas purnama terbasuh embun
biarlah kepada cercah binarnya kutambatkan tanya:"serasa apakah menemu dan berasyik masyuk dengan tuhan?".
Kairo, 24 September 2010
|
mem-batu
:tegap
:gagap
:kalap
senyap
:sunyi
:bunyi
:nyanyi
terpekur
:kukur
:hancur
:kabur
mem-batu, senyap, pekat.
sampai jumpa di penghujung mimpi.
Bilik 61,
17.05.10, 00:28 am
|
Selamat sore, Tuan
maaf bila kedatanganku mau mengadu
ber-raut masam nampak penuh keluhan
bibir nyinyirku akan kalahkan ceracau emprit jelang gelap datang
ah, Tuan sudah tahu!
pertama;
kenapa Tuan cipta hati tak lebih kecil dari gelas kopi? sedang iri dengki, buruk sangka serta dendam berjubal mencari tempat, bak politisi berebut kursi.
belum juga si jelita yang meminta agar dirinya selalu kusemai di hati, lantas aku tempatkan bagian mana dia?
kenapa Tuan tak cipta hati sebesar kepala? mungkin beban hati akan sedikit ringan.
aku lirik sekejap Tuanku
dia hanya tersenyum
terlintas pesan kawanku, berbesar hatilah!
kedua;
kenapa Tuan cipta kepala tak sekecil hati?
sedang di sana kulihat banyak orang besar kepala
calon mertua kawanku bilang: "kau hanya buruh pabrik, tak pantas sunting anakku"
itu hanya contoh Tuan
masih banyak lain sejenisnya
lantas aku lirik Tuanku
senyum kembali kulihat
kali ini bisik setan yang kudengar
pecahkan saja kepala orang sombong!
ketiga;
Tuan, cukup kiranya bibirku nyinyir mengadu
gerombolan emprit sudah kembali ke sarang
dan kau belum juga beri tanggapan
dengan langkah gontai aku kembali ke duniaku seraya menggigau "kapan hati tak bertuang iri, dengki serta dendam nan tak kunjung padam".
Kairo, 07 Mei 2010.
|
Selamat sore, Tuan.
di saat ini aku menghadapmu
persis seperti kala lalu
bukan kedatanganku membawa upeti
engkau sudah tahu, Tuan.
kembali mengadu perihal usang
laku-lelaku
rasa-rerasa
yang kesemua kerna segumpal darah
laku-lelaku ku
lalu, kala dulu.
kini, kala detik menjentik.
kemudian, ...
rasa-rerasa
tentu bukan ketika riang-girang
tentu bukan kala canda-tawa
kala segumpal darah terpercik noda
kalut-semrawut
Oh Tuan
kembali engkau bungkam
seperti sore dulu menghadapmu
aduanku engkau balas senyum
Tuan, aduanku kepadamu penuh harap jawab
jikalau aku boleh memaksamu buka suara
ala tentara memaksa bicara Mutiari*
bahkan lebih kejam
akan kulakukan
kulihat gelap kian merapat
kemuning sore kian buram
kucukupkan sudah aduhku
soresore mendatang aku kembali datang, Tuan.
*Salah seorang tertuduh dalam kasus pembunuhan Marsinah [aktivis buruh yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993]
Hay al-Asyr, 12.05.10.
|
di merah itu;
rayu-rerayu
bukan aku.
di merah itu;
sejenak pandang
kagum kian ranum.
di merah itu;
nyali duka kian riut
hambur tertikam pesona.
di merah itu;
sungguh jelita
kuasa kata hilang daya.
di merah itu;
entah...
Kairo, 11 Mei 2010, 02.10 Am.
|
Hamra'
16.16
| Author:
Soliloquy
di merah itu;
indah.
rona kian merona, Nona.
kelip bola mata sekejap sirna.
oh Tuan, sempurna.
di merah itu;
kala jemu datang bersua
kala itu pula hilang tiada.
di merah itu;
rekah mawar tiada arti.
di merah itu;
hilang kata.
di merah itu;
hilang kata.
di merah itu,
bisu.
Kairo, 10 Mei 2010, 02.14 am.
|
sengat mataharipun hanya kecil
berapa jauh beda
sungguh tiada tara
jangan kau terawang
bayangpun terlalu jauh dari nyata
letup kayu bakar hinggap di tangan
sudah kau rasakan
atau nyala api di pinggir tungku pawon
terasa membakar ari
pernahkah kau bayangkan apinya kelak
jauh
jauh sudah dari akalmu
tiada daya tuk kau jangkau
sejak madrasah ibtida'i kau diceritai
pedih siksa malaikat pada sang laknat
atau mungkin kau lupa
karna kau tlah merasa tinggi
tak perlu lagi kau mengingatnya
ah dosa...dosa
dosa apa yang menyatir mata
dosa apa gundam iman
kemudian hanyut buaian syetan
menyesal!!!
sesalmu palsu
lain waktu kau datangi pesta nafsu
menyelam penuhi birahi
berpesta bersasma aurora hewan
takutkah apinya kelak
api abadi
balasan dariNya bagi sang laknat
hanguskan tubuh tak berdebu
rasakan!!!
hahahhahha
akupun tertawa....
|