Menjelang Petang
08.34 | Author: Soliloquy
Selamat sore, Tuan
maaf bila kedatanganku mau mengadu
ber-raut masam nampak penuh keluhan
bibir nyinyirku akan kalahkan ceracau emprit jelang gelap datang
ah, Tuan sudah tahu!

pertama;
kenapa Tuan cipta hati tak lebih kecil dari gelas kopi? sedang iri dengki, buruk sangka serta dendam berjubal mencari tempat, bak politisi berebut kursi.
belum juga si jelita yang meminta agar dirinya selalu kusemai di hati, lantas aku tempatkan bagian mana dia?
kenapa Tuan tak cipta hati sebesar kepala? mungkin beban hati akan sedikit ringan.

aku lirik sekejap Tuanku
dia hanya tersenyum

terlintas pesan kawanku, berbesar hatilah!

kedua;
kenapa Tuan cipta kepala tak sekecil hati?
sedang di sana kulihat banyak orang besar kepala
calon mertua kawanku bilang: "kau hanya buruh pabrik, tak pantas sunting anakku"
itu hanya contoh Tuan
masih banyak lain sejenisnya

lantas aku lirik Tuanku
senyum kembali kulihat

kali ini bisik setan yang kudengar
pecahkan saja kepala orang sombong!

ketiga;
Tuan, cukup kiranya bibirku nyinyir mengadu
gerombolan emprit sudah kembali ke sarang
dan kau belum juga beri tanggapan

dengan langkah gontai aku kembali ke duniaku seraya menggigau "kapan hati tak bertuang iri, dengki serta dendam nan tak kunjung padam".

Kairo, 07 Mei 2010.
|
This entry was posted on 08.34 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: