Purnama
14.16 | Author: Soliloquy

purnama benderang di temaram malam

menitik senyum merajut semburat wajah

kulempar sungging menahan sendu

kecapkecap harap bahagiamu di atap langit


kepada purnama kutitipkan takdzim

selama langit dan bumi meregang sapa

dengan bulirbulir doa kuseka duka


sebelum mentari menjemput malam

lantas purnama terbasuh embun

biarlah kepada cercah binarnya kutambatkan tanya:"serasa apakah menemu dan berasyik masyuk dengan tuhan?".

Kairo, 24 September 2010

Mimpi Bisu
14.36 | Author: Soliloquy
mem-batu
:tegap
:gagap
:kalap

senyap
:sunyi
:bunyi
:nyanyi


terpekur
:kukur
:hancur
:kabur

mem-batu, senyap, pekat.
sampai jumpa di penghujung mimpi.

Bilik 61,
17.05.10, 00:28 am
Menjelang Petang
08.34 | Author: Soliloquy
Selamat sore, Tuan
maaf bila kedatanganku mau mengadu
ber-raut masam nampak penuh keluhan
bibir nyinyirku akan kalahkan ceracau emprit jelang gelap datang
ah, Tuan sudah tahu!

pertama;
kenapa Tuan cipta hati tak lebih kecil dari gelas kopi? sedang iri dengki, buruk sangka serta dendam berjubal mencari tempat, bak politisi berebut kursi.
belum juga si jelita yang meminta agar dirinya selalu kusemai di hati, lantas aku tempatkan bagian mana dia?
kenapa Tuan tak cipta hati sebesar kepala? mungkin beban hati akan sedikit ringan.

aku lirik sekejap Tuanku
dia hanya tersenyum

terlintas pesan kawanku, berbesar hatilah!

kedua;
kenapa Tuan cipta kepala tak sekecil hati?
sedang di sana kulihat banyak orang besar kepala
calon mertua kawanku bilang: "kau hanya buruh pabrik, tak pantas sunting anakku"
itu hanya contoh Tuan
masih banyak lain sejenisnya

lantas aku lirik Tuanku
senyum kembali kulihat

kali ini bisik setan yang kudengar
pecahkan saja kepala orang sombong!

ketiga;
Tuan, cukup kiranya bibirku nyinyir mengadu
gerombolan emprit sudah kembali ke sarang
dan kau belum juga beri tanggapan

dengan langkah gontai aku kembali ke duniaku seraya menggigau "kapan hati tak bertuang iri, dengki serta dendam nan tak kunjung padam".

Kairo, 07 Mei 2010.
Menjelang Petang [2]
06.07 | Author: Soliloquy
Selamat sore, Tuan.
di saat ini aku menghadapmu
persis seperti kala lalu
bukan kedatanganku membawa upeti
engkau sudah tahu, Tuan.

kembali mengadu perihal usang
laku-lelaku
rasa-rerasa
yang kesemua kerna segumpal darah

laku-lelaku ku
lalu, kala dulu.
kini, kala detik menjentik.
kemudian, ...

rasa-rerasa
tentu bukan ketika riang-girang
tentu bukan kala canda-tawa
kala segumpal darah terpercik noda
kalut-semrawut

Oh Tuan
kembali engkau bungkam
seperti sore dulu menghadapmu
aduanku engkau balas senyum

Tuan, aduanku kepadamu penuh harap jawab
jikalau aku boleh memaksamu buka suara
ala tentara memaksa bicara Mutiari*
bahkan lebih kejam
akan kulakukan


kulihat gelap kian merapat
kemuning sore kian buram
kucukupkan sudah aduhku
soresore mendatang aku kembali datang, Tuan.

*Salah seorang tertuduh dalam kasus pembunuhan Marsinah [aktivis buruh yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993]

Hay al-Asyr, 12.05.10.
Hamra' [2]
16.09 | Author: Soliloquy
di merah itu;
rayu-rerayu
bukan aku.

di merah itu;
sejenak pandang
kagum kian ranum.

di merah itu;
nyali duka kian riut
hambur tertikam pesona.

di merah itu;
sungguh jelita
kuasa kata hilang daya.

di merah itu;
entah...

Kairo, 11 Mei 2010, 02.10 Am.
Hamra'
16.16 | Author: Soliloquy
di merah itu;
indah.

rona kian merona, Nona.
kelip bola mata sekejap sirna.
oh Tuan, sempurna.

di merah itu;
kala jemu datang bersua
kala itu pula hilang tiada.

di merah itu;
rekah mawar tiada arti.

di merah itu;
hilang kata.

di merah itu;
hilang kata.

di merah itu,
bisu.

Kairo, 10 Mei 2010, 02.14 am.
Si Laknat
03.08 | Author: Soliloquy
sengat mataharipun hanya kecil
berapa jauh beda
sungguh tiada tara
jangan kau terawang
bayangpun terlalu jauh dari nyata

letup kayu bakar hinggap di tangan
sudah kau rasakan
atau nyala api di pinggir tungku pawon
terasa membakar ari
pernahkah kau bayangkan apinya kelak
jauh
jauh sudah dari akalmu
tiada daya tuk kau jangkau

sejak madrasah ibtida'i kau diceritai
pedih siksa malaikat pada sang laknat
atau mungkin kau lupa
karna kau tlah merasa tinggi
tak perlu lagi kau mengingatnya

ah dosa...dosa
dosa apa yang menyatir mata
dosa apa gundam iman
kemudian hanyut buaian syetan

menyesal!!!

sesalmu palsu
lain waktu kau datangi pesta nafsu
menyelam penuhi birahi
berpesta bersasma aurora hewan

takutkah apinya kelak
api abadi
balasan dariNya bagi sang laknat
hanguskan tubuh tak berdebu
rasakan!!!

hahahhahha
akupun tertawa....