mem-batu
:tegap
:gagap
:kalap
senyap
:sunyi
:bunyi
:nyanyi
terpekur
:kukur
:hancur
:kabur
mem-batu, senyap, pekat.
sampai jumpa di penghujung mimpi.
Bilik 61,
17.05.10, 00:28 am
Selamat sore, Tuan
maaf bila kedatanganku mau mengadu
ber-raut masam nampak penuh keluhan
bibir nyinyirku akan kalahkan ceracau emprit jelang gelap datang
ah, Tuan sudah tahu!
pertama;
kenapa Tuan cipta hati tak lebih kecil dari gelas kopi? sedang iri dengki, buruk sangka serta dendam berjubal mencari tempat, bak politisi berebut kursi.
belum juga si jelita yang meminta agar dirinya selalu kusemai di hati, lantas aku tempatkan bagian mana dia?
kenapa Tuan tak cipta hati sebesar kepala? mungkin beban hati akan sedikit ringan.
aku lirik sekejap Tuanku
dia hanya tersenyum
terlintas pesan kawanku, berbesar hatilah!
kedua;
kenapa Tuan cipta kepala tak sekecil hati?
sedang di sana kulihat banyak orang besar kepala
calon mertua kawanku bilang: "kau hanya buruh pabrik, tak pantas sunting anakku"
itu hanya contoh Tuan
masih banyak lain sejenisnya
lantas aku lirik Tuanku
senyum kembali kulihat
kali ini bisik setan yang kudengar
pecahkan saja kepala orang sombong!
ketiga;
Tuan, cukup kiranya bibirku nyinyir mengadu
gerombolan emprit sudah kembali ke sarang
dan kau belum juga beri tanggapan
dengan langkah gontai aku kembali ke duniaku seraya menggigau "kapan hati tak bertuang iri, dengki serta dendam nan tak kunjung padam".
Kairo, 07 Mei 2010.
maaf bila kedatanganku mau mengadu
ber-raut masam nampak penuh keluhan
bibir nyinyirku akan kalahkan ceracau emprit jelang gelap datang
ah, Tuan sudah tahu!
pertama;
kenapa Tuan cipta hati tak lebih kecil dari gelas kopi? sedang iri dengki, buruk sangka serta dendam berjubal mencari tempat, bak politisi berebut kursi.
belum juga si jelita yang meminta agar dirinya selalu kusemai di hati, lantas aku tempatkan bagian mana dia?
kenapa Tuan tak cipta hati sebesar kepala? mungkin beban hati akan sedikit ringan.
aku lirik sekejap Tuanku
dia hanya tersenyum
terlintas pesan kawanku, berbesar hatilah!
kedua;
kenapa Tuan cipta kepala tak sekecil hati?
sedang di sana kulihat banyak orang besar kepala
calon mertua kawanku bilang: "kau hanya buruh pabrik, tak pantas sunting anakku"
itu hanya contoh Tuan
masih banyak lain sejenisnya
lantas aku lirik Tuanku
senyum kembali kulihat
kali ini bisik setan yang kudengar
pecahkan saja kepala orang sombong!
ketiga;
Tuan, cukup kiranya bibirku nyinyir mengadu
gerombolan emprit sudah kembali ke sarang
dan kau belum juga beri tanggapan
dengan langkah gontai aku kembali ke duniaku seraya menggigau "kapan hati tak bertuang iri, dengki serta dendam nan tak kunjung padam".
Kairo, 07 Mei 2010.
Selamat sore, Tuan.
di saat ini aku menghadapmu
persis seperti kala lalu
bukan kedatanganku membawa upeti
engkau sudah tahu, Tuan.
kembali mengadu perihal usang
laku-lelaku
rasa-rerasa
yang kesemua kerna segumpal darah
laku-lelaku ku
lalu, kala dulu.
kini, kala detik menjentik.
kemudian, ...
rasa-rerasa
tentu bukan ketika riang-girang
tentu bukan kala canda-tawa
kala segumpal darah terpercik noda
kalut-semrawut
Oh Tuan
kembali engkau bungkam
seperti sore dulu menghadapmu
aduanku engkau balas senyum
Tuan, aduanku kepadamu penuh harap jawab
jikalau aku boleh memaksamu buka suara
ala tentara memaksa bicara Mutiari*
bahkan lebih kejam
akan kulakukan
kulihat gelap kian merapat
kemuning sore kian buram
kucukupkan sudah aduhku
soresore mendatang aku kembali datang, Tuan.
*Salah seorang tertuduh dalam kasus pembunuhan Marsinah [aktivis buruh yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993]
Hay al-Asyr, 12.05.10.
di saat ini aku menghadapmu
persis seperti kala lalu
bukan kedatanganku membawa upeti
engkau sudah tahu, Tuan.
kembali mengadu perihal usang
laku-lelaku
rasa-rerasa
yang kesemua kerna segumpal darah
laku-lelaku ku
lalu, kala dulu.
kini, kala detik menjentik.
kemudian, ...
rasa-rerasa
tentu bukan ketika riang-girang
tentu bukan kala canda-tawa
kala segumpal darah terpercik noda
kalut-semrawut
Oh Tuan
kembali engkau bungkam
seperti sore dulu menghadapmu
aduanku engkau balas senyum
Tuan, aduanku kepadamu penuh harap jawab
jikalau aku boleh memaksamu buka suara
ala tentara memaksa bicara Mutiari*
bahkan lebih kejam
akan kulakukan
kulihat gelap kian merapat
kemuning sore kian buram
kucukupkan sudah aduhku
soresore mendatang aku kembali datang, Tuan.
*Salah seorang tertuduh dalam kasus pembunuhan Marsinah [aktivis buruh yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993]
Hay al-Asyr, 12.05.10.
di merah itu;
rayu-rerayu
bukan aku.
di merah itu;
sejenak pandang
kagum kian ranum.
di merah itu;
nyali duka kian riut
hambur tertikam pesona.
di merah itu;
sungguh jelita
kuasa kata hilang daya.
di merah itu;
entah...
Kairo, 11 Mei 2010, 02.10 Am.
di merah itu;
indah.
rona kian merona, Nona.
kelip bola mata sekejap sirna.
oh Tuan, sempurna.
di merah itu;
kala jemu datang bersua
kala itu pula hilang tiada.
di merah itu;
rekah mawar tiada arti.
di merah itu;
hilang kata.
di merah itu;
hilang kata.
di merah itu,
bisu.
Kairo, 10 Mei 2010, 02.14 am.
indah.
rona kian merona, Nona.
kelip bola mata sekejap sirna.
oh Tuan, sempurna.
di merah itu;
kala jemu datang bersua
kala itu pula hilang tiada.
di merah itu;
rekah mawar tiada arti.
di merah itu;
hilang kata.
di merah itu;
hilang kata.
di merah itu,
bisu.
Kairo, 10 Mei 2010, 02.14 am.