Kekecawaan dan Berproses
04.20 | Author: Soliloquy

Perjalan seorang manusia dalam menjalani kehidupan memang tidak akan pernah lepas dari suatu kalimat yang bernama proses. Entah disadari maupun tidak, ataupun benar-benar telah direncanakan terlebih dahulu atau hanya mengikuti arus waktu, bagaikan falsafah air.

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam keseharian seseorang bukanlah terjadi begitu adanya, melainkan kejadian tersebut telah melalui tahapan-tahapan tertentu, dan kebanyakan tahapan tersebut tidak nampak secara indrawi. Anda boleh setuju atau tidak. Pandangan tersebut hanyalah hemat saya, dan menurut saya itu benar walupun anda mengagangapnya salah.

Terkadang berbagai proses yang kita jalani bersama dengan perjalanan waktu tidak kita rasakan dan kita tidak mengangapnya sebuah proses, terlebih jika proses tersebut terjadi ketika suasana hati kita dalam keadaan bahagia ataupu senang. Kebanyakan kita mengangapnya sebuah hasil yang telah kita capai. Namun apakah keadaan tersebut akan kita rasakan apabila suasana hati kita sedang dirundung suatu masalah? Pasti kita semua akan merasakan dan mengangapnya sebagai masalah baru. Akibatnya tidadk sedikit dari kita yang mengalami stres ataupun frustasi.

Jika kita mau meniliknya sedikit lebih jauh, saya rasa kita akan tersenyum sendiri (kita mengambil positifnya). Betapa besar pelajaran yang kita peroleh dari proses tersebut. Begitu banyak pelajaran berharga yang kita lewatkan atau kita abaikain dalam kehidupan kita begitu saja.

Berproses merupakan sebuah keniscayaan dan mungkin taka akan terbantahkan. Semua tidak terjadi begitu saja, baik hal-hal yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Sebut saja bila kita memperoleh hadiah dari seseorang, memenangkan sebuah undian dari suatu lembaga ataupun kuis, terus kita menganggap itu semua sebagai suatu keajaiban, ketiban durian runtuh. Saya mengangapnya bahwa itu hanya sebuah jargon, dan bukankah akan lebih tepat jika kita menyebutnya hasil dari sebuah proses.

Dalam sebuah proses tentu saja tidak akan selalu seperti apa yang kita inginkan, pastilah kita akan merasakan bermacam-macam kendala dan halangan. Dan selanjutnya kita tentu akan merasakan pahit manisnya sebuah proses. Hasil yang kita nanti pun tidak akan selamanya seperti yang kita bayangkan dan kita dambakan. Lantas haruskah kita larut dalam kekecewaan terhadap hasil yang kita tunai tersebut?

Perasaan kecewa memang sudah tertanam dalam jiwa setiap manusia, dan itu merupakan hal yang lumrah dan wajar. Boleh-boleh saja kita merasa kecewa, namun apa yang terjadi bila kita terus larut dalam kekecewaan tersebut, baik dalam hal yang besar maupun hal yang kecil sekalipun. Mungkin kita akan menganggapnya wajar bila kekecawan tersebut menimpa seseorang dalam suatu permasalahan yang besar, lain halnya kalau rasa kecewa itu timbul akiibat masalah kecil atau hal-hal yang sepele.

Alangkah lebih indah jika kita kekecewaan itu hanya kita

Perjalan seorang manusia dalam menjalani kehidupan memang tidak akan pernah lepas dari suatu kalimat yang bernama proses. Entah disadari maupun tidak, ataupun benar-benar telah direncanakan terlebih dahulu atau hanya mengikuti arus waktu, bagaikan falsafah air.

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam keseharian seseorang bukanlah terjadi begitu adanya, melainkan kejadian tersebut telah melalui tahapan-tahapan tertentu, dan kebanyakan tahapan tersebut tidak nampak secara indrawi. Anda boleh setuju atau tidak. Pandangan tersebut hanyalah hemat saya, dan menurut saya itu benar walupun anda mengagangapnya salah.

Terkadang berbagai proses yang kita jalani bersama dengan perjalanan waktu tidak kita rasakan dan kita tidak mengangapnya sebuah proses, terlebih jika proses tersebut terjadi ketika suasana hati kita dalam keadaan bahagia ataupu senang. Kebanyakan kita mengangapnya sebuah hasil yang telah kita capai. Namun apakah keadaan tersebut akan kita rasakan apabila suasana hati kita sedang dirundung suatu masalah? Pasti kita semua akan merasakan dan mengangapnya sebagai masalah baru. Akibatnya tidadk sedikit dari kita yang mengalami stres ataupun frustasi.

Jika kita mau meniliknya sedikit lebih jauh, saya rasa kita akan tersenyum sendiri (positif thingking). Betapa besar pelajaran yang kita peroleh dari proses tersebut. Begitu banyak pelajaran berharga yang kita lewatkan atau kita abaikain dalam kehidupan kita begitu saja.

Berproses merupakan sebuah keniscayaan dan mungkin taka akan terbantahkan. Semua tidak terjadi begitu saja, baik hal-hal yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Sebut saja bila kita memperoleh hadiah dari seseorang, memenangkan sebuah undian dari suatu lembaga ataupun kuis, terus kita menganggap itu semua sebagai suatu keajaiban, ketiban durian runtuh. Saya mengangapnya bahwa itu hanya sebuah jargon, dan bukankah akan lebih tepat jika kita menyebutnya hasil dari sebuah proses.

Dalam sebuah proses tentu saja tidak akan selalu seperti apa yang kita inginkan, pastilah kita akan merasakan bermacam-macam kendala dan halangan. Dan selanjutnya kita tentu akan merasakan pahit manisnya sebuah proses. Hasil yang kita nanti pun tidak akan selamanya seperti yang kita bayangkan dan kita dambakan. Lantas haruskah kita larut dalam kekecewaan terhadap hasil yang kita tunai tersebut?

Perasaan kecewa memang sudah tertanam dalam jiwa setiap manusia, dan itu merupakan hal yang lumrah dan wajar. Boleh-boleh saja kita merasa kecewa, namun apa yang terjadi bila kita terus larut dalam kekecewaan tersebut, baik dalam hal yang besar maupun hal yang kecil sekalipun. Mungkin kita akan menganggapnya wajar bila kekecawan tersebut menimpa seseorang dalam suatu permasalahan yang besar, lain halnya kalau rasa kecewa itu timbul akibat masalah kecil atau hal-hal yang sepele.

Alangkah lebih indah jika kekecewaan itu hanya kita rasakan sekejap dan kita mengangapnya sebagai setitik awan kelabu yang terlihat menghiasi biru lazuardi. Selanjutnya kita ambil ibrah serta hikmah yang tersirat di dalamnya.


Manusia
06.29 | Author: Soliloquy
tentang hamba bernama manusia
tau apa kau tentang mahlukNya itu
manusia ...

menus-menus kakean doso
itulah manusia

belum pantas aku tuk menilai manusia
aku juga sejenisnya
tak tau pula dari jenis yang mana

bumi manusia
beribu macam jenis

manusia berbentuk ...
dewa
malaikat
manusia sejatinya
hewan
dan tak lebih baik dari hewan.

aku manusia
aku malu
aku tak tahu macam mana jenisku
ingin seperti manusia yang memang manusia

manusia
mahluk teristimewa
mahluk terhina

terserah padamu
pilih jenismu
suka-suka tiada paksa